POLEWALI MANDAR, — Momentum peringatan Hari Guru Nasional di Kabupaten Polewali Mandar tercoreng oleh laporan dugaan kekerasan yang dilakukan seorang guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) terhadap murid di salah satu sekolah dasar negeri di Polewali.
Seorang orangtua siswa mengaku bahwa anaknya, MR, menjadi korban kekerasan saat proses belajar mengajar berlangsung. Dugaan kekerasan tersebut berupa kibasan buku tema ke bagian mulut siswa.
Orangtua siswa, Hikma, mengatakan bahwa anaknya mengadu telah dipukul menggunakan buku tema oleh guru berinisial M. Insiden itu terjadi ketika MR terjatuh setelah digelitik oleh teman sebangkunya.
“Anak saya bilang, ‘Ma, dikasih malu ka tadi. Mulutku dipukul pakai buku tema.’ Katanya dia dianggap ribut, padahal digelitik temannya sampai jatuh. Saat itu gurunya langsung mengibaskan buku tema ke mulut anak saya,” ujar Hikma saat ditemui, Selasa (25/11/2025).
Dalam penjelasannya kepada ibunya, MR menegaskan bahwa ia tidak sedang membuat keributan, melainkan berusaha menghindar dari temannya yang terus menggelitiknya.
MR bahkan mengaku beberapa kali pindah posisi ke kursi lain, namun temannya tetap mengikuti dan masih menggelitikinya hingga ia jatuh ke lantai.
“MR bilang, dia pindah tempat duduk karena digelitik terus. Tapi temannya ikut pindah dan terus menggelitiki sampai jatuh. Saat itu gurunya tidak bertanya dulu, langsung mengibaskan buku tema ke mulut anak saya,” ujar Hikma.
Ia menilai tindakan guru tersebut tidak profesional dan seharusnya dilakukan dengan pendekatan yang lebih empatik.
Hikma menuturkan bahwa tindakan guru tersebut bukan kali pertama menimpa anaknya. Tahun sebelumnya, guru yang sama diduga pernah menghina fisik MR.
“Dulu dia hina anak saya, dibilang jelek. Anak saya pendiam dan sering sakit-sakitan, jadi sangat terpengaruh secara psikologis. Waktu itu kasusnya sudah ditangani Sekretaris Dinas Pendidikan, dan yang bersangkutan berjanji tidak mengulanginya,” kata Hikma.
Ia mengaku telah mendatangi pihak sekolah untuk meminta klarifikasi, namun merasakan kurangnya itikad baik dari guru bersangkutan.
“Dia bilang sudah minta maaf. Tapi anak yang pernah diintimidasi pasti takut kalau ditanya guru yang memukulnya. Mereka cenderung jawab ‘tidak sakit, Ibu’ karena tertekan secara psikologis,” tuturnya.
Hikma berharap Dinas Pendidikan Polewali Mandar turun tangan menyikapi kasus ini dan memberikan perlindungan bagi siswa.
“Anak-anak sekarang Generasi Alpha. Mereka harus didekati dengan lembut. Kenapa guru begitu mudah memukul dan membuli? Apakah itu dibenarkan Dinas Pendidikan?” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, guru berinisial M membenarkan bahwa ia mengibaskan buku tema ke arah dua siswa, termasuk MR. Ia beralasan tindakan itu dilakukan setelah beberapa kali menegur siswa yang dianggap mengganggu suasana kelas.
Sementara itu, wali kelas MR, Aprilia, mengatakan bahwa MR dikenal sebagai siswa pendiam dan sabar. Meski sesekali berbicara ketika diajak temannya, MR disebut selalu diam ketika ditegur.
Plt Kepala Sekolah, Harwati, menegaskan bahwa tindakan mengibaskan buku kepada siswa tidak dibenarkan dalam proses pendidikan. Ia menyatakan akan melakukan pembinaan terhadap guru bersangkutan dan berharap persoalan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
“Kami tidak membenarkan tindakan tersebut. Ini tidak layak dilakukan oleh pendidik. Namun kami berharap masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” ujar Harwati.






