Polewali Mandar – Program penyaluran bibit kakao oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Disbun) Sulawesi Barat dengan nilai anggaran mencapai puluhan miliar rupiah menuai sorotan.
Investigasi di sejumlah kelompok penerima menunjukkan banyak bibit yang kondisinya tidak sehat, sebagian layu bahkan mati sebelum ditanam.
Di lapangan, ribuan bibit kakao tampak ditumpuk rapat di bak truk menyerupai batu bata. Kondisi tersebut membuat bibit stres dan memicu kerusakan pada tanaman.
“Bibitnya diterima tiga hari lalu. Karena ditumpuk di atas truk, kondisinya stres dan banyak yang mulai mati,” ujar salah satu anggota kelompok tani di Polewali Mandar, Kamis (28/8/2025).
Selain layu, bibit yang datang juga berukuran terlalu besar sehingga dinilai sulit beradaptasi di lahan. Sejumlah petani mengaku tidak mengetahui adanya mekanisme penggantian bibit yang rusak.
“Kami tidak dapat informasi kalau bibit yang mati bisa diganti. Jadi petani hanya bisa terima apa adanya,” kata seorang petani.
Padahal, dalam petunjuk teknis (juknis) program bantuan ini ditegaskan bahwa bibit yang diterima masyarakat harus dalam kondisi sehat, siap tanam, dan disertai dengan surat jalan resmi dari penyedia. Namun di lapangan, sebagian besar ketentuan tersebut tidak terpenuhi.
Hingga kini, masyarakat masih menunggu penjelasan dari pihak penyedia maupun Disbun Sulbar mengenai tindak lanjut atas persoalan bibit yang dipersoalkan.