Polewali Mandar – Selama 21 tahun, Basri mengabdikan dirinya sebagai pegawai honorer di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Polewali Mandar. Namun pengabdian panjang itu belum mampu mengubah nasibnya.
Hingga kini, ia hanya menerima gaji Rp1 juta per bulan dan tinggal di rumah sederhana berlantai tanah bersama istri serta tujuh anaknya.
Basri mulai bekerja sebagai honorer pada tahun 2004. Saat pertama kali menerima SK, gajinya hanya Rp600 ribu per bulan. Dua dekade berlalu, upahnya naik menjadi Rp1 juta, jumlah yang sangat minim untuk menopang kebutuhan keluarganya yang besar.
Agar dapur tetap mengepul, Basri kerap mencari penghasilan tambahan dengan menjadi buruh bangunan setiap kali ada libur kantor.
“Kalau ada waktu, saya ambil kerja bangunan. Lumayan untuk tambah-tambah belanja,” ucap Basri, Rabu (20/8/2025).
Kondisi rumahnya memperlihatkan nyata keterbatasan ekonomi yang dihadapinya. Berukuran 6×6 meter, rumah tersebut berlantai tanah, berdinding papan lapuk, dan sebagian sisi hanya ditutup seng bekas. Atapnya pun bocor ketika hujan.
“Rumah saya sudah sering difoto, katanya mau dimasukkan program bedah rumah, tapi sampai sekarang tidak pernah ada bantuan,” tutur Basri.
Kesulitan itu juga dirasakan anak-anaknya. Anak keduanya terpaksa berhenti sekolah saat kelas dua SMA swasta karena biaya tak terpenuhi.
Anak pertamanya sudah tamat SMA, tetapi hingga kini masih menganggur. Anak bungsunya baru berusia setahun lebih.
Untuk penerangan, keluarga ini hanya mengandalkan listrik yang disambungkan dari rumah mertua.
“Kalau tidak begitu, kami gelap-gelapan,” kata Basri lirih.
Meski sudah 21 tahun mengabdi, status Basri tak kunjung jelas. Namanya pernah masuk kategori K1, namun kemudian dialihkan menjadi K2. Empat kali ia ikut tes ASN maupun PPPK, tetapi tak pernah berhasil.
“Saya berharap pemerintah bisa mempertimbangkan masa pengabdian saya. Kalau ada kesempatan pengangkatan, tolong dibantu. Saya sudah 21 tahun mengabdi,” ujarnya penuh harap.
Kisah Basri menjadi potret nyata perjuangan honorer di daerah: mengabdi sepenuh hati meski diganjar gaji minim dan status tak jelas.
I a hanya berharap, suatu saat pemerintah membuka mata pada pengabdian panjang yang telah ia jalani demi keluarga dan daerahnya.